BKM/LKM
SEBAGAI ORGANISASI NIRLABA
Sebagai suatu organisasi nirlaba, BKM/LKM lebih
berorientasi pada visi/misinya ketimbang untuk mencari keuntungan (laba), yaitu
mendukung, mendorong serta memperperkuat berbagai kepentingan masyarakat guna
perbaikan sehingga menjadi lebih baik.
Keuntungan yang diperoleh oleh BKM /LKM selama
menjalankan kegiatan-kegiatannya akan didayagunakan kembali melalui
penyelenggaraan berbagai program kerja dalam rangka pencapaian visi/misi
keberadaan BKM/LKM. Hal inilah juga yang membedakannya dengan organisasi
profit. Pada organisasi profit, yang memang berorientasi semata keuntungan,
berbagai laba yang diperolehnya akan
dinikmati hanya oleh pihak-pihak yang menjadi “pemiliknya”.
·
Ciri-ciri Organisasi Profit dan Nonprofit (BKM/LKM)
A.
Aspek Organisasi Profit BKM/LKM
1.
Kepemilikan
Pendiri, Pemilik Modal
Komunitas, Pengelola ditetapkan berdasarkan musyawarah komunitas
2. Orientasi
Keuntungan Ekonomi (Laba)
Keuntungan yang diperoleh dinikmati oleh pemilik. Visi/misi: Pemberdayaan masyarakat.
Keuntungan yang diperoleh didayagunakan kembali untuk menjalankan berbagai program
kerja guna mencapai visi/misi
3. Sumber
Pendanaan
Investor dan Pengguna jasa/produk,Donasi,
CSR, APBN/APBD
4. Jenis
Layanan
Produk dan atau Jasa Layanan Berbagai
program dan layanan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan dan
layanan public komunitas yang dilayaninya
5.
Pertanggungjawaban
Pada pemilik dan investor, Komunitas
yang dilayaninya, Publik, serta Pihak-pihak yang menjadi sumber pendanaan. Sebagai
suatu organisasi nirlaba, BKM/LKM membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan
organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan
kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada
pertimbangan ekonomi semata, Namun, terutama pada perbaikan dan peningkatan kehidupan
komunitas yang dilayaninya; Memberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan
potensipotensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan
ciri khas pelayanan organisasiorganisasi nirlaba.
Manusia, di dalam organisasi
nirlaba (BKM/LKM), menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan
masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan
gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Pengelolaan
BKM/LKM, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai
agen perubahan masyarakat
Komponen-komponen dalam Pengelolaan Organisasi Nirlaba
Suatu organisasi adalah sebuah sistem terbuka yang dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungannya.
Demikian pula halnya dengan organisasi nirlaba semacam BKM/LKM. BKM/LKM
bukanlah suatu organisasi
yang tertutup. Keberadaan BKM/LKM sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang ada di komunitasnya,
baik itu faktor sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain.
Kehadiran BKM/LKM dengan visi/misinya
pun juga sesungguhnya adalah untuk mempengaruhi dan mendorong
komunitasnya untuk menangani
berbagai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.
Situasi saling mempengaruhi tersebut bisa
digambarkan sebagai berikut:
Untuk mencapai visi/misinya, BKM/LKM mendayagunakan sumberdaya yang ada
di lingkungannya sebagai
suatu masukan (input). BKM/LKM kemudian mengelola dan menjadikannya
sebagai suatu layanan bagi
KSM dan komunitas. BKM/LKM pun berinteraksi dengan lingkungannya
sebagai suatu subsistem dari
sebuah sistem yang lebih besar.
Untuk mengelola dan menjalankan berbagai layanan bagi KSM dan
komunitasnya, BKM/LKM ditopang
oleh 3 komponen utamanya sebagai suatu subsistem dari sistem kelembagaan
BKM/LKM. Ketiga
komponen utama tersebut adalah sebagai berikut:
Subsistem
Manajemen
Merupakan subsistem yang menentukan visi/misi, tujuan, strategi,
berbagai kebijakan dan aturan, prosedur, pelaksanaan, tugas, dan
ukuranukuran
hasil yang dicapai oleh BKM/LKM. Subsistem manajeman
menentukan cara-cara BKM/LKM berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian, juga menentukan kedua subsistem lainnya, yaitu
manusia dan tugas.
Subsistem
Manusia
BKM/LKM membutuhkan orang-orang untuk menjalankan berbagai fungsi
yang ada di dalam subsistem manajemen. BKM/LKM melakukan upaya
untuk menarik orang-orang dan menempatkannya segera setelah
bergabung. BKM/LKM melakukan sejumlah upaya agar para pengelolanya
memiliki kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi subsistem
manajemen.
Subsistem
Tugas
Subsistem tugas adalah bagian yang merubah masukan sumberdaya utama
yang digunakan oleh BKM/LKM menjadi suatu layanan bagi KSM dan
komunitasnya.
Ketiga subsistem utama kelembagaan BKM/LKM tersebut saling berinteraksi
dan saling. Perubahan pada
salah satu akan mempengaruhi yang lain. Misalnya, suatu kebijaksanaan
yang baru akan langsung
segera mempengaruhi cara kerja dan pandangan para pengelola serta
relawan terhadap pekerjaannya.
Demikian pula halnya dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan
sekitar BKM/LKM akan segera
mempengaruhi satu atau lebih subsistem kelembagaan BKM/LKM. Misalnya,
sumber dana utama
BKM/LKM berhenti atau berkurang drastis. Hal ini akan mempengaruhi
subsistem manajemen. Pada saat
bersamaan, para pengelola tentunya akan merasakan berbagai perubahan
dan mereka akan bereaksi
terhadap perubahan tersebut. Pada akhirnya, berbagai penyesuaian yang
terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya dana akan mempengaruhi subsistem tugas.
Berbagai perubahan yang terjadi di luar BKM/LKM telah, sedang, dan akan
terus berlangsung. Terlebih
perubahan-perubahan yang terjadi di bidang teknologi. Penggunaan
komputer dan internet telah
mengubah secara dramatis pandangan orang-orang tentang cara kerja. Pada
organisasi perusahaan
perakitan, misalnya, perubahan teknologi bisa berdampak terhadap nasib
kaum buruh, yakni pemutusan
hubungan kerja.
No comments:
Post a Comment